.

 
Mesin Pencari


Sisi Lain


Catatan bukan Cacatan

Hubungi Temangsang
My status
Sssstttt.....


Halaman ini telah dibuka sebanyak:
Counter
Prosentase Pengunjung
Data Pengunjung
IP Address Anda


Kita Tidak Pernah Berada Pada Posisi Mereka
Minggu, Juni 16, 2013
Pemilu semakin mendekat. Ajang perputaran modal bisnis politik para caleg, penjualan figur oleh parpol, dan bahkan perebutan amplop serangan fajar oleh kaum terpinggirkan yang mudah dibeli suaranya. Siklus lima tahunan yang belum tentu dapat dirasakan manfaatnya secara menyeluruh dalam lima tahun berikutnya.
Pemilu kita memiliki siklus lima tahunan; walaupun pernah belum sampai lima tahun digelar pemilu lagi, namun itu anggaplah suatu kecelakaan. Bagai proses metamorfosa kupu-kupu dari ulat sampai kepompong, demikian pula dengan pemikiran politik sebagian politikus kita. Perputaran modal sangatlah cepat dalam sebuah ajang kampanye, sehingga ketika mendapat kesempatan tampil dan duduk di atas kursi; lebih banyak dimanfaatkan untuk tidur sebagai bagian dari rasa syukur atas jerih payah dalam mendapatkan kursi. Periode jabatan lima tahun, banyak dimanfaatkan untuk mengembalikan modal yang telah hilang dalam masa kampanye; syukur bila ada proyek atau angpao yang bisa menambah bunga atas modal yang telah disertakan, dengan catatan jangan sampai ketahuan KPK.
Melihat bagaimana para anggota dewan bersidang, apalagi yang ada pada level DPR RI, kadangkala merasa kasihan. Seperti tidak pernah hidup atau bahkan menginjakkan kaki di Jakarta, mereka begitu kelelahan, sampai akhirnya tidur di ruang sidang adalah hal
lumrah. Seakan gedung parlemen telah menjadi hotel berbintang dengan tarif sewa yang sangat mahal, sampai harus tidur di kursi yang empuk karena tak mampu menyewa tempat tidur....
Adalah hal yang wajar, jika cibiran dan cemoohan ditujukan melihat perilaku beberapa oknum anggota dewan yang tak henti-hentinya menggapai mimpi. Namun satu pertanyaan dalam diri saya, itu salah siapa???
Kesempatan untuk beristirahat di ruang sidang, tidak dapat dinikmati oleh semua orang. Perlu kerja keras untuk hanya dapat sekedar tidur di ruang sidang. Namun meski demikian, usaha tetaplah usaha; sebuah kerja yang perlu diberi penghargaan, entah dari sisi mana kita memandangnya.
Jangan pernah salahkan kameramen atau fotografer media massa yang mengambil gambar mereka dan menampilkan dalam media mereka. Jangan salahkan pula konstituen yang awalnya tidak pernah menyangka jika jagoan mereka hanya segitu-segitu aja semangatnya. Jangan pula salahkan mereka kalau akhirnya harus terpaksa tidur di kursi negara.....
Satu hal yang jelas harus kita pahami; kita tidak pernah dan tidak akan pernah berada pada posisi orang lain. Saat menjadi warga negara biasa, itulah diri kita, warga negara biasa yang harus selalu mengalah pada keistimewaan-keistimewaan aturan yang ada.
Intinya, membicarakan atau bahkan mencela apa yang telah kita lihat, adalah hal termudah daripada kita harus menjalani
ditulis oleh: Sang Fajar @ 6/16/2013 11:09:00 PM  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Tentang Aku
Name: Sang Fajar
Home: Bojonegoro, Yogya, Papua, Jatim - DIY - Papua, Indonesia
About Me: Bagi mereka yang merasa berjasa, aku hanyalah sampah. Bagi mereka yang merasa intelek, aku hanyalah pembual. Bagi mereka yang merasa suci, aku hanyalah kotoran. Bagi mereka yang merasa terhormat, aku tak lebihnya seperti orang jalanan. Bagi mereka yang merasa pernah mengenalku, aku sepertinya sudah tak ada. Namun diantara semua anggapan yang pernah ada, semua tentang aku ada karena anggapan-anggapan yang pernah ada......
Data Lengkap

Tulisan Terdahulu
Arsip
Links
Facebook


© . Presented by Fajar Ari Setiawan